"Berani Itu Butuh Waktu"



Pekanbaru (19/2). Terdengar suara Adzan berkumandang dari mesjid, suara yang menggetarkan hati orang beriman agar segera menghadap Rabbnya sang Maha Pencipta. Gemericik suara air mengalir sebagai tanda insan yang ingin mensucikan diri dari hadas kecil tengah melakukan wudhu sebagai salah satu syarat sahnya sholat. Tak terkecuali anak-anak SD Juara, ada yang tenang melangkah untuk mengambil wudhu dan ada juga yang berlarian menuju antrian. Setelah berwudhu, anak-anak kelas 1,2 dan 3 kembali ke kelasnya masing-masing untuk sholat berjamaah di kelas dan diawasi guru kelas. Sedangkan anak kelas 4,5 dan 6 menuju mesjid ikut sholat berjemaah.

Dani maju ke depan kelas dan menghampiri saya lalu berkata "Buk, Dani boleh jadi imam sholat hari ini?". Saya terperangah dan berkata "Alhamdulillah, akhirnya nak. Silahkan Dani jadi imam". Saya mungkin akan biasa saja ketika anak yang lain meminta seperti itu. Tapi, tidak dengan Dani. Sudah lebih setahun saya menanti hal ini. Dani adalah anak pemalu yang kadang tidak percaya diri. Dari kelas 1 sampai kelas 2, saya guru kelasnya. Betapa saya ingat, diawal masuk untuk menyebutkan namanya saja Dani tidak berani.  Jika dipanggil Dani hanya akan menunduk. Menjadi imam di kelas adalah tugas anak laki-laki secara bergantian dengan bacaan yang keras agar saya bisa mengecek dan memperbaiki bacaan mereka. Setiap giliran Dani, dia hanya akan menunduk tanda tidak mau dan hal itu selalu berulang terjadi. Pernah satu kali saya memintanya dengan tegas untuk jadi imam. Bagi saya dia adalah anak laki-laki, sampai kapan dia harus terkurung dengan rasa takutnya. Tapi ketegasan saya tidak membuahkan hasil. Dani terisak dan meneteskan air mata. Semenjak itu, saya berjanji pada diri sendiri untuk tidak memaksanya. Saya belajar untuk terus memberi motivasi. Setiap dia jadi petugas, saya tetap akan memintanya maju ke depan meski permintaan saya berujung penolakan.

Alhamdulillah, hari ini Dani yang mendatangi saya dan meminta izin untuk menjadi imam sholat. Hal itu cukup membuat saya terharu serta bahagia. Akhirnya Dani bisa menaklukkan rasa takutnya dan berdamai dengan rasa itu. Meski dengan bacaan dan gerakan yang masih perlu diperbaiki, setidaknya Dani telah berusaha. Setelah selesai sholat, saya tanya apa yang dirasakannya. Dani tersenyum dan menjawab "Ana bisa jadi imam buk, dan ana tidak takut lagi".

Komentar